Biografi Abah Guru Sekumpul, Ulama Kharismatik Dari Tanah Banjar Kalimantan Selatan

0 2,413

BANJAR, lugasnusantara.co.id – Abah Guru Sekumpul adalah tokoh ulama terkenal yang berasal dari Kalimantan Selatan. Nama aslinya adalah Muhammad Zaini bin Abdul Ghani Al-Banjari. Beliau lahir pada 1942 dan wafat pada 2005.

Semasa hidupnya, Abah Guru Sekumpul aktif dalam mendakwahkan agama Islam di Kalimantan. Beliau turut mengajarkan berbagai ilmu keislaman dari kitab-kitab kuning karya para ulama kepada jemaahnya. Di sisi lain, kegiatan pengajian lain juga dilaksanakan.

Pengajian yang Abah Guru Sekumpul gelar senantiasa dipadati banyak orang. Jemaahnya bahkan datang dari berbagai kalangan dan wilayah.

Untuk mengetahui lebih lanjut tentang Abah Guru Sekumpul, simak biografi singkatnya yang dikutip publikasi milik UIN Antasari Banjarmasin pada uraian di bawah.

Kehidupan Abah Guru Sekumpul

Abah Guru Sekumpul lahir pada tanggal 11 Februari 1942 di Desa Tunggul Irang Seberang, Martapura, Kalimantan Selatan.

Pada awalnya, nama beliau adalah Qusyairi. Setelah beranjak usia, beliau meminta agar namanya diganti menjadi Muhammad Zaini.

Semasa kecil, kehidupan Abah Guru Sekumpul terbilang sederhana. Ayah beliau, Abdul Ghani, berprofesi sebagai tukang gosok intan dengan penghasilan yang pas-pasan. Untuk memenuhi kebutuhan keluarganya saja terkadang kurang mampu.

Pernah pada suatu waktu, keluarga Abah Guru Sekumpul hanya menyantap sebungkus nasi yang dibagi menjadi empat porsi dan sayur gedebok pisang.

Keluarga Abah Guru Sekumpul juga hanya tinggal di rumah tua tanpa kamar dan atap yang berlubang. Kehidupan masa kecil Abah Guru Sekumpul yang demikian membuat beliau memiliki jiwa yang tegar.

Masa muda beliau diisi dengan perjalanan mencari ilmunya dengan berguru kepada sejumlah ulama terkemuka. Hingga pada usia 33 tahun, Abah Guru Sekumpul menikah dengan Juwairiyah binti H. Sulaiman. Pernikahan beliau dengan Juwairiyah tidak dikaruniai keturunan.

Kemudian beliau menikah lagi dengan Noor Laila binti KH. Abdul Muin Kandangan dan dianugerahi 2 anak laki-laki. Saat wafat pada 10 Agustus 2005, Abah Guru Sekumpul meninggalkan 3 orang istri dan 2 orang anak.

Pendidikan Abah Guru Sekumpul

Sejak kecil, Abah Guru Sekumpul telah mendapat pendidikan agama dari kedua orang tua dan neneknya. Kecerdasan beliau sudah terlihat sejak usianya masih belia.

Di usia 7 tahun, beliau sudah hafal Al-Qur’an serta berhasil menghafal kitab Tafsir Jalalain karya ulama Jalaluddin as-Suyuthi dan Jalaluddin al-Mahalli di usia 9 tahun.

Masa kecil Abah Guru Sekumpul juga diisi dengan belajar di Madrasah Kampung Keraton yang dipimpin oleh paman beliau sendiri, yakni Tuan Guru Muhammad Semman.

Kemudian beliau menempuh pendidikan di Pondok Pesantren Darussalam Martapura di usia 9 tahun. Di pesantren ini, beliau berguru kepada ulama-ulama terkemuka pada masa itu.

Abah Guru Sekumpul pun menyelesaikan pendidikannya di pesantren selama 12 tahun dengan sangat baik.

Pendidikannya tak berhenti di sana, Abah Guru Sekumpul kembali mencari ilmu dari para ulama di sekitar Kalimantan dan merantau ke Pulau Jawa untuk mendalami agama Islam.

Perjalanan Dakwah Abah Guru Sekumpul

Perjalanan dakwah Abah Guru Sekumpul dimulai saat dirinya menjadi pengajar di Pondok Pesantren Darussalam Martapura. Setelah 5 tahun mengajar, beliau mengajukan pengunduran diri.

Kemudian, Abah Guru Sekumpul mulai mensyiarkan Islam lebih luas kepada khalayak umum dengan membuka pengajian di rumah beliau.

Pada awalnya, pengajian kitab-kitab digelar hanya sebagai pelajaran penunjang bagi para santri Pondok Pesantren Darussalam Martapura. Pengajian beliau pun semakin berkembang dan jemaah yang hadir bukan hanya para santri tapi juga masyarakat umum.

Abah Guru Sekumpul juga mensyiarkan kitab Simthud Durar karangan Habib Ali bin Muhammad al-Habsyi. Pengajian kitab maulid ini dibarengi pembacaan ayat suci Al-Qur’an dan kasidah berisi pujian bagi Nabi Muhammad SAW.

Pengajian yang diadakan Abah Guru Sekumpul semakin besar dengan jemaah yang berasal dari berbagai kalangan. Bahkan jemaahnya juga datang dari wilayah luar Martapura, seperti Banjarmasin, Rantau, Hulu Sungai, serta Kotabaru.

Padatnya jemaah yang menghadiri pengajian sampai membuat beliau memindahkan kediamannya ke wilayah Sungai Kacang. Di rumahnya itu juga menjadi lokasi pusat pengajian Abah Guru Sekumpul yang mampu menampung ribuan jemaah.

Dalam keadaan sakit sebelum wafat, Abah Guru Sekumpul bahkan tetap berdakwah dengan menggelar pengajian melalui rekaman layar video dari dalam kamar beliau.

Karya-karya Abah Guru Sekumpul

Sepanjang dakwahnya, Abah Guru Sekumpul membuat sejumlah karya tulisan berupa kitab. Kitab-kitab beliau juga kerap menjadi rujukan dalam ilmu keislaman. Berikut beberapa kitab karangan Abah Guru Sekumpul:

  – Manaqib Syekh Sayyid Muhammad bin Abdul Karim al-Qadiri al-Hasani as-Samman al-Madani

  – Risalatun Nuraniyyah fi Syarhi Tawassulat as-Sammaniyah

  – Nubzah fi Manaqib al-Imam al-‘Azham al-Faqih al-Muqaddam

  – Ar-Risalah fi Auradil Mufidah.

  – Al-Imdad fi Auradi Ahlil Widad.

Itu tadi biografi singkat Abah Guru Sekumpul, sosok ulama kharismatik yang berasal dari Kalimantan Selatan.

Wallahu a’lamu bisshawab

Tinggalkan pesan

Alamat email anda tidak akan ditampilkan.