MARTAPURA, lugasnusantara.co.id – Ada seorang Sayyid (Dzuriyah Nabi SAW), yang setiap hari duduk-duduk di tempat perjudian. Sampai suatu saat ajal datang menjemputnya, orang-orang kampung tidak ada yang tahu siapa dia sebenarnya.
Di saat wafatnya, hanya Istri dan anaknya yang menghadapi jenazahnya, tidak ada satu tetangga pun datang. Tidak ada satu pun tetangga yang mau memandikan, mengkafani, menshalatkan jenazahnya.
Sang Istri menangis melihat keadaan suaminya, dia-pun berdo’a:
“Yaa Allah.. Bagaimana dengan jenazah suamiku, Apakah aku buang ke sungai Mahakam ini atau aku biarkan sampai membusuk.. Engkau Yang Maha Luas Rahmat-Mu, berilah petunjuk…”
Tiba-tiba masuk seorang tampan tinggi rupawan mengucapkan salam.
“Assalamu’alaikum Yaa Syarifah…”
Tampak puluhan orang berjubah dan bersorban mengiringi di belakangnya.
“Wa’alaikum Salam Warahmatullah…”
Saat melihat Sang Guru, si Syarifah tersentak kaget bukan main, yang datang adalah Al Imam Al Quthubul Akwan As-Syeikh Muhammad Zaini Bin Abdul Ghani Sekumpul.
Syarifah bertanya, “Kapan Pian kesini Guru. Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan sangatlah jauh jaraknya, apalagi kami di daerah Hulu Mahakam Kembang Janggut ini.”
Jawab Guru Sekumpul
“Allah Yang Memudahkan…”
Tiba-tiba dari luar banyak orang kampung datang, dan terperanjat seketika tahu yang datang Guru Sekumpul, maka mereka keheranan dan salah-satu dari mereka berkata, “Wahai Guru, ini adalah orang yang senang berjudi, tiap hari duduk-duduk di tempat perjudian…”
Guru Sekumpul tersenyum dan berkata, “Apakah kamu melihat beliau sendiri main judi, atau beliau cuma duduk-duduk saja disitu tanpa main judi?”
Sang penduduk terdiam, kata Abah Guru Sekumpul kemudian “beliau ini yang tiap hari kalian lihat di tempat perjudian adalah seorang Dzuriat Rasulullah SAW, beliau ini yang jadi Penyandang Bala di kampung sini, beliau ini yang setiap malam pada saat kalian tidur beliau bangun dan shalat tahajud mendo’a kan kalian, beliau juga yang rela setiap hari duduk di tempat perjudian berdzikir dan memohon ampun untuk para penjudi agar mereka sadar, tapi kalian tidak tahu kalian cuma melihat dengan pandangan dzahir saja, beliau tidak terkenal dalam pandangan masyarakat bumi tapi sangat terkenal di langit”. Dari itu sedalam lautan bisa ditebak, namun hati kita siapa yang bisa tebak.
وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ صَخْرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِنَّ اللَّهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى أَجْسَامِكُمْ وَلاَ إِلَى صُوَ رِكُمْ ، وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ
“Diriwayatkan dari Abu Hurairah Abdirrahman bin Syahrin radhiyallahu ‘anhu, ‘Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, ‘Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada tubuh kalian dan tidak pula kepada rupa kalian, tetapi Dia melihat kepada hati kalian.” (Diriwalatkan Muslim)
Sabda beliau “tetapi Dia melihat kepada hati kalian,” dalam riwayat lain dijelaskan “hati dan amal kalian.”
Hadits ini menunjukkan seperti apa yang ditunjukkan oleh firman Allah,
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
“Hai manusia, sesungguhya Kami menciptakan kamu dari seorang laki–laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa–bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnla Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al-Hujuraat: 13)
Allahumma Sholli ‘Alaa Sayyidina Muhammad…
Jangan mudah Su’udzon kepada orang lain, karena kita semua tidak tahu bagaimana hati mereka itu.
Wallahul Waliyyut Taufiq Ila Sabilul Huda.
Wallahu A’lam Bisshawab.