lugasnusantara.co.id, HULU SUNGAI UTARA – Dinas Pariwisata Provinsi Kalimantan Selatan (Dispar Kalsel) merampungkan pembangunan lintasan Balap Kerbau Rawa beserta fasilitas pendukungnya di Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) pada tahun anggaran 2024.
Proyek strategis ini meliputi penyediaan dermaga, toilet umum, gazebo, jembatan penghubung, serta pengerasan lahan dengan paving block di sekitar arena untuk meningkatkan kenyamanan wisatawan.
Plh. Kepala Dispar Kalsel, Muhammad Syarifuddin melalui Kepala Bidang Pengembangan Destinasi Mugeni mengungkapkan, pembangunan ini menjadi fondasi untuk event besar Candi Agung Festival 2026 yang akan menampilkan Pacuan Kerbau Rawa sebagai atraksi utama.
“Destinasi ini telah masuk dalam masterplan pengembangan pariwisata Kalsel dengan pendekatan 3A: Atraksi (pacuan kerbau), Amenitas (fasilitas pendukung), dan Aksesibilitas,” jelas Mugeni di Banjarmasin, Selasa (29/07/2025).
Meski fasilitas utama telah selesai, Mugeni mengakui masih ada pekerjaan rumah penting:
1. Akses Transportasi
– Jarak 15 km dari Jalan Nasional A. Yani ke lokasi membutuhkan penambahan penanda arah.
– Rute perairan dari Dermaga Danau Panggang memakan waktu 30 menit dengan speedboat, perlu penyesuaian tarif dan kenyamanan.
2. Keseimbangan Ekologi & Ekonomi
– Pengembangan transportasi wisata air tidak boleh mengganggu mata pencaharian nelayan dan pemilik kapal tradisional.
– Perlindungan habitat kerbau rawa dan ekosistem perairan menjadi prioritas.
“Setiap pengembangan wajib mematuhi aturan keselamatan transportasi air dan perlindungan kawasan hutan,” tegasnya.
Pacuan Kerbau Rawa sebagai warisan budaya Banjar memiliki nilai historis yakni
– Digelar sejak abad ke-19 di rawa-rawa HSU.
– Kerbau dilatih khusus dengan teknik mamangkih (melompat di rawa).
– Sempat vakum puluhan tahun sebelum dihidupkan kembali sebagai event pariwisata.
Rencana ke depan, Disporapar HSU akan menggalang kolaborasi dengan:
– Akademisi untuk riset ekologi rawa.
– Komunitas Adat dalam penyelenggaraan festival.
– Pelaku Usaha untuk paket wisata terintegrasi.
“Target kami tidak sekadar event seremonial, tapi menjadikan ini sebagai living culture yang mendongkrak ekonomi warga,” pungkas Mugeni.